BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyusui
adalah sesuatu yang alami dan segala sesuatu yang alami adalah yang terbaik
bagi semua orang. Di dalam Al Qur’an surat Albaqarah ayat 233 dikatakan
bahwa “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi
yang ingin menyusui secara sempurna”. Masa-masa menyusui tersebut sering kali
membuat ibu mengalami pengerasan payudara hingga berakibat mastitis, dan hal
ini tidak akan terjadi apabila ibu menyusui dengan cara yang benar (Paul,
2010).
Asuhan
masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama salah
satunya masalah pada nifas adalah mastitis atau abses payudara (Bejo, 2010).
Cara menyusui yang kurang baik dapat menimbulkan berbagai macam masalah baik
pada ibu maupun bayinya misalnya puting susu lecet dan nyeri, radang payudara
(mastitis), pembengkakan payudara yang menyebabkan motivasi untuk memberikan ASI
berkurang sehingga bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup dan akhirnya
mengakibatan bayi kurang gizi (Huliana, 2003).
Mastitis
adalah istilah yang digunakan untuk infeksi payudara sebagai akibat penyumbatan
satu atau lebih saluran ASI dari unit produksi ASI. Ketika bayi dengan baik
pada bagian payudara manapun, ASI biasa mengental dan menyumbat saluran yang
terkait dengan bagian ini. Sumbatan ini menyebabkan pembengkakan keras yang
menyakitkan. Jika penyumbatan ini terus berlangsung karena tidak cukup baiknya
pengosongan ASI, payudara biasanya terinfeksi. Kondisi ini disebut
mastitis dan menghasilkan payudara yang merah, panas, dan bengkak. Jika
tidak segera diobati akan menyebabkan terjadinya abses
(Ramaiah, 2007).
Penelitian
terbaru menyatakan bahwa mastitis dapat meningkatkan risiko penularan HIV
melalui menyusui. Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi,
dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dari
sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di bawah 10%. Mastitis
paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca-kelahiran. Dengan
sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai 95% kasus terjadi dalam 12
minggu pertama. Namun, mastitis dapat terjadi pada setiap tahap laktasi. Abses
payudara juga paling sering terjadi pada 6 minggu pertama paska kelahiran (WHO,
2002)
Menurut data WHO terbaru pada tahun 2008 di Amerika serikat persentase
perempuan menyusui yang mengalami mastitis rata-rata mencapai 10% dan perkiraan
di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia cakupan persentase
kasus mastitis pada perempuan menyusui juga mencapai 10%. Sedangkan di Sumatera
Utara belum diketahui persentase data statistik tentang cakupan kasus mastitis
pada ibu post partum (Sari, 2009).
B. TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Dapat melaksanakan pada Ny “S” post partum 10 hari
dengan Mastitis di puskesmas Lubuk Kilangan tanggal 28 Mei 2012.
2. Tujuan Khusus
a.
Dapat melaksanakan pengkajian Asuhan Kebidanan Ny “S”
post partum 10 hari dengan mastitis di Puskesmas lubuk Kilangan tanggal 28 Mei
2012.
b.
Dapat melaksanakan identifikasi diagnose/ masalah
actual Asuhan kebidanan Ny “S” 10 hari post partum dengan Mastitis di Puskesmas
Lubuk Kilangan tanggal 28 Mei 2012.
c.
Dapat melaksanakan identifikasi diagnose/ masalah
potensial Asuhan Kebidanan Ny “S” 10 hari post partum dengan Mastitis di
Puskesmas Lubuk Kilangan tanggal 28 Mei 2012.
d.
Dapat melaksanakan tindakan segera /kolaborasi Asuhan
Kebidanan Ny “S” 10 hari post partum dengan Mastitis di puskesmas Lubuk Kilangan
tanggal 28 mei 2012.
e.
Dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan di
Puskesmas Lubuk Kilangan tanggal 28 Mei 2012.
f.
Dapat melaksanaka tindakan Asuhan Kebidanan Ny “S” 10
hari Post partum dengan Mastitis di Puskesmas Lubuk Kilangantanggal 28 Mei
2012.
g.
Dapat mengevaluasi Asuhan Kebidanan Ny “S” 10 hari
post partum dengan mastitis di Puskesmas Lubuk Kilangan tanggal 2012.
h.
Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan
Asuhan Kebidanan Ny “S” 10 hari post partum dengan Mastitis di Puskesmas Lubuk Kilangan
tanggal 28 Mei 2012
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Nifas
Masa nifas dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil).
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (sulistyawati
ari,2009:1).
Nifas dibagi dalam 3
periode :
1. Puerperium dini yaitu
kepulihan ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
- Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh
alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
- Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi (sulistyawati
ari,2009:5).
Pada waktu nifas
sering muncul banyak masalah salah satunya masalah dalam menyusui yaitu
mastitis.
Mastitis adalah peradangan pada payudara
(abses payudara). Peradangan pada payudara adalah suatu hal yang biasa terjadi
pada wanita yang pernah hamil,malahan pada wanita yang tidak hamil pun
kadang–kadang dapat juga di temukan mastitis (Prawiroharjo
sarwono,2009:482).
Peradangan payudara
adalah suatu hal yang sangat biasa pada wania yang pernah hamil ,malahan dalam
praktek sehari-hari yang tidak hamil pun kadang-kadang kita temukan dengan
mastitis. (Prawiroharjo,1999)
Peradangan payudara
adalah suatu hal yang sangat biasa pada wania yang pernah hamil ,malahan dalam
praktek sehari-hari yang tidak hamil pun kadang-kadang kita temukan dengan
mastitis. (Prawiroharjo,1999)
Bilamana pembesaran payudarahampir
terjadi pada semua wanita pada dua sampai tiga hari pertama setelah
kelahiran,tetapi jarang akan menetap dan biasanya tidak disertai dengan
peningkatan temperature yang lebih tinggi.Kongesti cenderung terjadi menyeluruh
dengan pembesaran vena superficial. (Friedman,1998)
Mastitis adalah infeksi payudara yang
kebanyakan terjadi pada ibu yang baru ertama kali menyusui bayinya.Mastitis
hamper selalu unilateral dan berkembang setelah terjadi aliran susu.
(BObak,2005)
Bilamana pembesaran
payudarahampir terjadi pada semua wanita pada dua sampai tiga hari pertama
setelah kelahiran,tetapi jarang akan menetap dan biasanya tidak disertai dengan
peningkatan temperature yang lebih tinggi.Kongesti cenderung terjadi menyeluruh
dengan pembesaran vena superficial. (Friedman,1998)
Mastitis adalah
infeksi payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu yang baru ertama kali
menyusui bayinya.Mastitis hamper selalu unilateral dan berkembang setelah terjadi
aliran susu. (BObak,2005)
Gejala yang ditemukan
adalah Payudara menjadi merah, bengkak, kadang kala diikuti rasa nyeri dan
panas, suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa padat (lump) dan diluarnya
kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini
disebabkan kurangnya ASI yang diisap atau dikeluarkan dan penghisapan yang tak
efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena
tekanan baju/ BH (sulistyawati ari,2009:35).
Gambar 2.1 payudara
dengan mastitis
B. Penyebab Mastitis
Mastitis biasanya
disebabkan karena adanya milk stasis, yaitu dimana ASI masuk kedalam jaringan
payudara karena tidak dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi ketika bayi tidak
mengosongkan ASI ketika menyusui yang dapat disebabkan karena proses menyusui
yang kurang tepat.
Selain hal tersebut ada
juga beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya mastitis seperti :
1.
Puting susu yang lecet atau luka
2.
Jadwal menyusui yang terlalu ketat.
3. Bra yang terlalu ketat.
4. Asupan gizi kurang, istirahat tidak cukup dan terjadi anemia (ambrawati,2008:49-50).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar