Rabu, 06 Juni 2012

mastitis


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyusui adalah sesuatu yang alami dan segala sesuatu yang alami adalah yang terbaik bagi semua orang. Di dalam Al Qur’an surat Albaqarah ayat 233 dikatakan bahwa “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna”. Masa-masa menyusui tersebut sering kali membuat ibu mengalami pengerasan payudara hingga berakibat mastitis, dan hal ini tidak akan terjadi apabila ibu menyusui dengan cara yang benar (Paul, 2010).
 Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama salah satunya masalah pada nifas adalah mastitis atau abses payudara (Bejo, 2010).
            Cara menyusui yang kurang baik dapat menimbulkan berbagai macam masalah baik pada ibu maupun bayinya misalnya puting susu lecet dan nyeri, radang payudara (mastitis), pembengkakan payudara yang menyebabkan motivasi untuk memberikan ASI berkurang sehingga bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup dan akhirnya mengakibatan bayi kurang gizi (Huliana, 2003).
Mastitis adalah istilah yang digunakan untuk infeksi payudara sebagai akibat penyumbatan satu atau lebih saluran ASI dari unit produksi ASI. Ketika bayi dengan baik pada bagian payudara manapun, ASI biasa mengental dan menyumbat saluran yang terkait dengan bagian ini. Sumbatan ini menyebabkan pembengkakan keras yang menyakitkan. Jika penyumbatan ini terus berlangsung karena tidak cukup baiknya pengosongan ASI, payudara biasanya terinfeksi. Kondisi ini disebut mastitis  dan menghasilkan payudara yang merah, panas, dan bengkak. Jika tidak segera diobati akan menyebabkan terjadinya abses    (Ramaiah, 2007).
Penelitian terbaru menyatakan bahwa mastitis dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui menyusui. Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi, dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dari sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di bawah 10%. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca-kelahiran. Dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai 95% kasus terjadi dalam 12 minggu  pertama. Namun, mastitis dapat terjadi pada setiap tahap laktasi. Abses payudara juga paling sering terjadi pada 6 minggu pertama paska kelahiran (WHO, 2002)
         Menurut data WHO terbaru pada tahun 2008 di Amerika serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami mastitis rata-rata mencapai 10% dan perkiraan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia cakupan persentase kasus mastitis pada perempuan menyusui juga mencapai 10%. Sedangkan di Sumatera Utara belum diketahui persentase data statistik tentang cakupan kasus mastitis pada ibu post partum (Sari, 2009).

B. TUJUAN
1.   Tujuan Umum
Dapat melaksanakan pada Ny “S” post partum 10 hari dengan Mastitis di puskesmas Lubuk Kilangan tanggal 28 Mei 2012.
2.  Tujuan Khusus
a.   Dapat melaksanakan pengkajian Asuhan Kebidanan Ny “S” post partum 10 hari dengan mastitis di Puskesmas lubuk Kilangan tanggal 28 Mei 2012.
b.   Dapat melaksanakan identifikasi diagnose/ masalah actual Asuhan kebidanan Ny “S” 10 hari post partum dengan Mastitis di Puskesmas Lubuk Kilangan tanggal 28 Mei 2012.
c.    Dapat melaksanakan identifikasi diagnose/ masalah potensial Asuhan Kebidanan Ny “S” 10 hari post partum dengan Mastitis di Puskesmas Lubuk Kilangan tanggal 28 Mei 2012.
d.   Dapat melaksanakan tindakan segera /kolaborasi Asuhan Kebidanan Ny “S” 10 hari post partum dengan Mastitis di puskesmas Lubuk Kilangan tanggal 28 mei 2012.
e.    Dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan di Puskesmas Lubuk Kilangan tanggal 28 Mei 2012.
f.    Dapat melaksanaka tindakan Asuhan Kebidanan Ny “S” 10 hari Post partum dengan Mastitis di Puskesmas Lubuk Kilangantanggal 28 Mei 2012.
g.   Dapat mengevaluasi Asuhan Kebidanan Ny “S” 10 hari post partum dengan mastitis di Puskesmas Lubuk Kilangan tanggal 2012.
h.   Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan Asuhan Kebidanan Ny “S” 10 hari post partum dengan Mastitis di Puskesmas Lubuk Kilangan tanggal 28 Mei 2012
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Nifas
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan  semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (sulistyawati ari,2009:1).
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1.      Puerperium dini yaitu kepulihan ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
  1. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
  2. Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (sulistyawati ari,2009:5).
Pada waktu nifas sering muncul banyak masalah salah satunya masalah dalam menyusui yaitu mastitis.
 Mastitis adalah peradangan pada payudara (abses payudara). Peradangan pada payudara adalah suatu hal yang biasa terjadi pada wanita yang pernah hamil,malahan pada wanita yang tidak hamil pun kadang–kadang dapat juga di temukan mastitis (Prawiroharjo sarwono,2009:482).
Peradangan payudara adalah suatu hal yang sangat biasa pada wania yang pernah hamil ,malahan dalam praktek sehari-hari yang tidak hamil pun kadang-kadang kita temukan dengan mastitis. (Prawiroharjo,1999)
Peradangan payudara adalah suatu hal yang sangat biasa pada wania yang pernah hamil ,malahan dalam praktek sehari-hari yang tidak hamil pun kadang-kadang kita temukan dengan mastitis. (Prawiroharjo,1999)
 Bilamana pembesaran payudarahampir terjadi pada semua wanita pada dua sampai tiga hari pertama setelah kelahiran,tetapi jarang akan menetap dan biasanya tidak disertai dengan peningkatan temperature yang lebih tinggi.Kongesti cenderung terjadi menyeluruh dengan pembesaran vena superficial. (Friedman,1998)
 Mastitis adalah infeksi payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu yang baru ertama kali menyusui bayinya.Mastitis hamper selalu unilateral dan berkembang setelah terjadi aliran susu. (BObak,2005)
Bilamana pembesaran payudarahampir terjadi pada semua wanita pada dua sampai tiga hari pertama setelah kelahiran,tetapi jarang akan menetap dan biasanya tidak disertai dengan peningkatan temperature yang lebih tinggi.Kongesti cenderung terjadi menyeluruh dengan pembesaran vena superficial. (Friedman,1998)
Mastitis adalah infeksi payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu yang baru ertama kali menyusui bayinya.Mastitis hamper selalu unilateral dan berkembang setelah terjadi aliran susu. (BObak,2005)
Gejala yang ditemukan adalah Payudara menjadi merah, bengkak, kadang kala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa padat (lump) dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI yang diisap atau dikeluarkan dan penghisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/ BH (sulistyawati ari,2009:35).



Gambar 2.1 payudara dengan mastitis


B. Penyebab Mastitis
Mastitis biasanya disebabkan karena adanya milk stasis, yaitu dimana ASI masuk kedalam jaringan payudara karena tidak dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi ketika bayi tidak mengosongkan ASI ketika menyusui yang dapat disebabkan karena proses menyusui yang kurang tepat.
Selain hal tersebut ada juga beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya mastitis seperti :
1.    Puting susu yang lecet atau luka
2.    Jadwal menyusui yang terlalu ketat.
3.    Bra yang terlalu ketat.
4.   Asupan gizi kurang, istirahat tidak cukup dan terjadi anemia (ambrawati,2008:49-50).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar